REMAJA
- Remaja berasal dari kata adolescence atau remaja berasal dari bahasa Latin (adolescere) (kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang mempunyai arti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”.
- Remaja atau adolescence mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik.
- Remaja adalah sebagian besar anak muda, usia antara dua belas dan enam belas tahun merupakan tahun kehidupan yang penuh kejadian sepanjang menyangkut pertumbuhan dan perkembangan.
- Remaja adalah peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa.
- Remaja biasanya merujuk pada individu yang sedang berada pada rentang usia remaja dan pubertas.
- Remaja merupakan waktu berlangsungnya “storm and stress”.
- Remaja dapat dibedakan menjadi tiga tahap yaitu remaja awal, remaja tengahan dan remaja akhir.
- Remaja awal rentang usianya sekitar 12-14 tahun.
- Remaja tengah berkisar antara usia 15-16 tahun.
- Remaja akhir sekitar usia 17-19 tahun.
- Remaja awal bercirikan pergerakan menuju kemandirian.
- Remaja awal karakteristiknya, bergumul dengan rasa beridentitas, suasana hati berubah-ubah (moodiness), pertemanan yang karib, berkurang kepedulian kepada orang tua, mulai menemukan sisi-sisi kesalahan orang tua, mencari orang baru untuk dikasihi sebagai tambahan kasih sayang kepada orang tuanya, kembali ke perilaku kekanakan, meningkat minat karirnya, meminati aktivitas di masa kini dan masa dekat, meningkat kapasitas untuk bekerja dan belajar.
- Remaja awal memerlukan lebih banyak bantuan dari orang lain dan belum sadar akan tugas-tugasnya.
- Remaja awal mengalami peningkatan kecakapan untuk mengekspresikan diri secara lisan dan mengekspresikan perasaan melalui tindakan.
- Remaja tengahan adalah perbaikan diri (self improvement).
- Remaja tengahan bergerak ke arah yang hampir mendekati kemandirian dan memerlukan cukup bantuan dari orang lain.
- Remaja tengahan mulai mengeluhkan orang tua merecoki kemandiriannya, mementingkan penampilan dan citra ketubuhan (body image), rasa keterasingan dari diri dan ketubuhannya, menarik diri dari kedekatan dengan orang tuanya, membangun pertemanan baru, pembentukan kelompok sebaya yang baru, mengamati pengalaman psikologis dan batiniah, serta berkembang minat karirnya dengan mementingkan minat-minat intelektual.
- Remaja akhir bergerak mendekati arah mandiri, sadar dan memerlukan lebih sedikit bantuan dari orang lain.
- Remaja akhir mempunyai ciri-ciri, makin kokoh identitas diri remaja, menunda pemuasan diri, cakap memikirkan gagasan-gagasan dengan menyeluruh, cakap mengekspresikan gagasan dalam kata-kata, berkembang rasa jenaka (sense of humor), minat-minatnya mulai stabil, makin mantap kestabilan emosionalnya, mengambil keputusan secara mandiri, cakap berkompromi, mengembangkan pelajaran atau pekerjaan, percaya pada diri sendiri dan makin besar kepeduliannya pada sesama manusia, kebiasaan belajar dan bekerja makin mantap, peduli akan masa depan serta memikirkan peran-peran hidupnya.
- Remaja awal mengalami pubertas (tumbuh bulu rambut, meningkat produksi keringat dan lemak di rambut dan kulit).
- Remaja awal pada perempuan mengalami pertumbuhan buah dada dan pinggang, munculnya menstruasi.
- Remaja awal pada laki-laki mengalami pertumbuhan penis dan testicles, mimpi basah, suara membesar) dan pertumbuhan fisik (naiknya berat badan dan tinggi badan).
- Remaja tengahan mengalami perkembangan fisik antara lain, masa pubertas tuntas, pertumbuhan fisik melambat pada perempuan, tetapi masih berlanjut untuk laki-laki.
- Remaja akhir, perkembangan fisiknya yaitu remaja perempuan secara tipikal sudah bertumbuh-kembang sepenuhnya, dan remaja laki-laki masih berlanjut mengalami peningkatan tinggi dan berat badan, masa otot dan bulu badan.
- Remaja awal, perkembangan kognitifnya adalah berkembang kapasitas berpikir abstrak, lebih berminat pada pemikiran masa kini, minat-minat intelektual berkembang dan makin dipentingkan, serta pemikiran moral makin mendalam.
- Remaja tengahan, perkembangan kognitifnya antara lain, perkembangan kapasitas berpikir abstrak berlanjut, meningkatnya kapasitas menetapkan tujuan, berminat pada penalaran moral, dan memikirkan makna kehidupan.
- Remaja akhir, perkembangan kognitifnya yaitu kecakapan memikirkan gagasan secara mendalam dari awal sampai tuntas, kecakapan menunda pemuasan kebutuhan, meneliti pengalaman batiniah, meningkat kepedulian akan masa depan, serta berlanjut minat pada penalaran moral.
- Remaja awal, perkembangan sosial-emosionalnya adalah bergumul dengan rasa beridentitas, merasa kaku tentang diri sendiri dan tubuhnya, meningkatnya konflik dengan orang tua, meningkat pengaruh kelompok sebaya, hasrat menjadi mandiri, kembali ke perilaku anak-anak ketika sedang stres, suasana hati berubah-ubah, menguji batasan aturan di sekolah maupun di rumah, meningkat minat seksual.
- Remaja tengahan, perkembangan sosial-emosionalnya antara lain, keterlibatan diri makin intensif, perubahan ekspetasi yang tinggi dengan konsep diri yang buruk, penyesuaian diri terhadap perubahan kebutuhan, mengkhawatirkan normalitas perkembangan, menarik jarak antara diri dengan orang tuanya, dorongan untuk mandiri, menjalin pertemanan dan makin besar bergantung pada teman sebaya, popularitas menjadi problema penting, meningkatnya minat seksual, rasa cinta dan terpikat (passion).
- Remaja akhir, perkembangan sosial-emosionalnya yaitu makin kokoh rasa beridentitas, meningkat stabilitas emosional, kepedulian pada orang lain, kemandirian dan kepercayaan, relasi dengan teman sebaya tetap dipentingkan, relasi yang makin serius, tradisi sosial dan kultural memperoleh kembali perannya pada kehidupan individu.
- Remaja dari segi biologis, menekankan kejadian-kejadian pubertas yang mengubah tubuh anak menjadi tubuh orang dewasa yang secara seksual dan fisikal matang atau dewasa.
- Remaja dari segi psikologis membedakan remaja dalam kerangka tugas-tugas perkembangan yang perlu dicapai individu yang masing-masing berhubungan dengan tugas sentral mencapai identitas pribadi.
- Remaja dari segi sosiologis membatasi remaja dalam kerangka statusnya di masyarakat terutama dalam peralihannya dari periode anak-anak menuju kedewasaan.
- Remaja mempunyai rentang waktu yang berbeda, individu mengalami masa remaja tidak sama pada tiap-tiap bangsa atau tempat, tergantung pada norma kedewasaan yang berlaku di lingkungan terdekat yang amat berpengaruh pada remaja itu.
- Remaja mengalami perubahan biologis, mulainya pubertas yang diawali peningkatan tajam produksi hormon seksual (adrenarche yaitu matangnya kelenjar adrenal berfungsi membangun selera atau hasrat seksual remaja dan gonodarche yaitu matangnya organ seks), bekerjanya organ reproduksi wanita (sel telur dan rahim), serta pada laki-laki (penis dan kelenjar prostat).
- Remaja perempuan mengalami menarche yaitu menstruasi pertama dengan kenaikan berat badan dan tinggi badan yang berlangsung dua tahun lebih awal dari pada remaja laki-laki.
- Remaja perempuan mencapai kenaikan tinggi badan sekitar 3,5 inci setiap setahunnya dan remaja laki-laki sekitar 4 inci.
- Remaja mengalami perubahan kecakapan kognitif dari kapasitas berpikir konkret ke pemikiran abstrak.
- Remaja berada pada tahap berpikir operasional formal yang ditandai dengan, berpikir remaja lebih banyak didasarkan pada pemikiran abstrak dari pada konkret, meningkat kecakapan berpikir verbal, meningkat kecenderungan untuk memikirkan jalan pikirannya sendiri, memikirkan idealisme dan berbagai kemungkinan, pemikirannya makin logis (menalar melalui pemikiran hipotesis-deduktif melalui mengajukan hipotesis dan menduga-duga implikasinya.
- Remaja mengalami perubahan emosional yakni dengan berkembangnya gambaran diri (self image), keakraban (intimacy), hasrat menjalin relasi dengan orang dewasa dan kelompok sebaya.
- Remaja mengalami perubahan sosial berupa peralihan peran remaja ke peran baru di masyarakat, seperti mulai membentuk ikatan pertemanan dan mulai tertarik pada lawan jenis.
- Remaja memiliki aspek fisik-jasmaniah dengan ciri khas yaitu pubertas, proses yang mengarah pada kematangan seksual atau kesuburan, yang menyebabkan remaja berkapasitas reproduksi serta dapat hamil.
- Remaja perempuan lebih dulu mengalami pertumbuhan badan dari laki-laki sehingga remaja perempuan di usia 11-13 tahun cenderung lebih tinggi, lebih berat dan lebih kuat dari pada laki-laki sebayanya.
- Remaja laki-laki mempunyai ciri utama kematangan seksual dengan diproduksinya sperma.
- Remaja laki-laki mengalami ejakulasi pertama atau spermarche (mimpi basah) di sekitar usia 13 tahun.
- Remaja perempuan berciri utama menstruasi pertama (menarche) pada usia 10 tahun sampai 16,5 tahun.
- Remaja laki-laki yang mencapai kematangan lebih awal mendapat keuntungan karena unggul dalam olahraga serta mulai menarik perhatian remaja perempuan, sehingga dapat menambah kepercayaan diri remaja laki-laki.
- Remaja memiliki masalah sosial-psikologis lebih banyak dihadapi oleh remaja perempuan yang matang lebih awal, sebaliknya remaja laki-laki yang terlambat matang mengalami masalah serupa dengan remaja perempuan.
- Remaja yang terlambat matang selain secara seksual merasa rendah diri, mereka juga sangat peka dengan adanya perbedaan yang berlangsung dikalangan remaja.
- Remaja yang melakukan kegiatan olahraga berdampak pada kesehatan fisik dan mental, meningkatkan kekuatan, daya tahan, membantu kesehatan tulang dan otot, mengendalikan kenaikan berat badan dan menekan cemas (anxiety) serta tegang (stress) pada remaja.
- Remaja menaruh perhatian pada body image.
- Remaja yang mengalami rasa tidak puas terhadap kondisi fisiknya akan membuat remaja mengalami anorexia nervosa, yaitu gangguan makan yang ditandai dengan menolak makan atau melaparkan diri sendiri (self-starving) dan bulimia nervosa.
- Remaja mulai berintropeksi diri, yaitu memeriksa pikiran dan motif-motif pribadi.
- Remaja berupaya melakukan rasionalisasi, yaitu memberi penjelasan tentang pengalaman dan kualitas pribadinya yang tidak menyenangkan guna memelihara harga diri (self esteem).
- Remaja awal mempunyai tantangan pada perkembangan emosi antara lain suasana hati mudah berubah (mood swing), mengalami kesulitan menamai dan membahas emosi yang sedang dialami, sulit memisahkan emosi dari pikiran dan perilaku, sulit menafsirkan emosi orang lain, sulit mengeksternalisasi dan menginternalisasi perilaku.
- Remaja perkembangan emosinya penting agar remaja mampu menyadari emosi dan mampu mengekspresikannya secara sehat.
- Remaja merupakan periode yang penuh gejolak emosi dan tekanan jiwa sehingga remaja mudah berperilaku menyimpang dari aturan dan norma sosial yang berlaku dikalangan masyarakat (Sarwono, 2002).
- Remaja merupakan masa penuh gejolak dan emosi dan ketidak-seimbangan yang tercakup dalam “storm and stress”, sehingga remaja mudah terpengaruh atau diombang-ambingkan oleh lingkungan.
- Remaja sebagai “marginal man” yaitu posisi remaja yang berada diperbatasan pada garis pemisah antar kedua kelompok populasi orang dewasa dan populasi anak-anak yang senantiasa tercipta konflik karena saling silih berganti hadirnya perbedaan pengharapan pada remaja itu.
- Remaja dalam bahasan emosi sangat penting karena perasaan terluka (emotional pain) direkam oleh wilayah otak yang sama denga wilayah otak yang merekam sakit fisik (physical pain) dan ingatan akan perasaan terluka menimbulkan respon sakit yang lebih besar di otak dari pada respon sakit fisik.
- Remaja perlu memahami emosi diri dan sesamanya baik dalam segi kehidupan keluarga, dunia kerja maupun dalam hidup bermasyarakat agar remaja dapat menangani kehidupan dengan efektif.
- Remaja merupakan masa pelatihan untuk menguasai emosi melalui belajar tentang diri sendiri seperti mengidentifikasi emosi diri, menerima emosi diri, menyadari adanya pola-pola umum pada emosi, pikiran dan tindakan, serta mengelola emosi diri.
- Remaja dalam pelatihannya untuk menguasai emosi, perlu untuk mengidentifikasi emosi sesamanya, menerima emosi sesamanya, memisahkan emosi diri dengan emosi sesamanya, mempraktikkan kepedulian atau kasih dan memahami cara memandu emosi tanpa harus menyelamatkan emosi sesama.
- Remaja awal dalam perkembangan emosinya lebih akut atau hebat dan belum terintegrasikan sebaik-baiknya dengan perkembangan otak dan konsep diri.
- Remaja awal perlu dibantu untuk memiliki kecakapan dan tilikan dalam mengembangkan kapasitas mengatur emosinya secara sehat.
- Remaja tengahan lebih terintegrasikan emosinya dengan kapasitas kognitifnya.
- Remaja akhir dihadapkan pada kapasitas emosinya beserta keterbatasannya.
- Remaja perempuan dengan remaja laki-laki mengalami perbedaan dalam mengalami, mengekspresikan dan mengelola emosi terletak pada gaya pengelolaan emosi, norma, jender dan sosialisasi.
- Remaja perempuan secara tipikal, lebih sadar akan perasaannya dan lebih empatik, cenderung memelihara diri sendiri dan sesamanya untuk membentuk aliansi dengan kelompok sosial yang lebih besar, perempuan cenderung berbagi dengan temannya ketika sedang mengalami kejengkelan emosi.
- Remaja laki-laki secara tipikal, menunjukkan taraf lebih tinggi dalam percaya diri, penyesuaian diri, optimistik, menggunakan mekanisme pribadi dan kognitif dalam mengelola emosinya.
- Remaja awal dalam perkembangan sosialnya ditandai dengan mulainya memisahkan diri dari pengaruh keluarga, lebih berkonsentrasi pada relasi dengan teman sebaya, memusatkan perhatian pada penampilan lahiriah dan membandingkan diri dengan teman sebayanya, perilakunya makin dipengaruhi oleh teman-teman sebayanya.
- Remaja tengahan pada perkembangan sosialnya ditandai dengan teman sebaya menetapkan standar berperilaku bagi kelompoknya, kelompok sebaya berperan utama dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan remaja, mengidentifikasikan diri dengan kelompok sebaya menyebabkan merosotnya ketergantungan remaja pada orang tuanya serta remaja menciptakan identitas yang terpisah dari identitas orang tuanya, mulai mengeksplorasi relasi dengan lawan jenis kelamin.
- Remaja akhir perkembangan kognitifnya ditandai dengan, emansipasi remaja dan orang tuanya hampir sempurna, gambaran ketubuhan (body image) dan peran-peran seksual remaja sudah menetap, perhatian remaja beralih ke tujuan-tujuan yang lebih berhubungan dengan peran masa depan berdasarkan pertimbangan ekonomi-keuangan atau kemandirian ekonomi, relasi individu dengan orang-orang lain makin berkurang pemusatannya pada kepentingan diri (less self-centered).
- Remaja, menjalin relasi intim dengan teman karib amat menentukan secara psikologis.
- Remaja dengan kelompok bersifat positif dapat memberi kempatan yang luas bagi remaja untuk melatih anggota kelompok bersikap dan berperilaku dalam hubungan sosial.
- Remaja dengan kelompok sebaya bersifat negatif apabila ikatan antar anggota kelompok sangat kuat, akibatnya kelakuan kelompok berlebihan dan energi kelompok sebaya dicurahkan ke kegiatan-kegiatan yang mengganggu lingkungan.
- Remaja terjadi perubahan pengendalian perilaku moral, yang semula ditentukan oleh pihak lain di luar dirinya dan kini ditentukan sendiri oleh remaja.
- Remaja yang kurang beruntung karena tidak ada dukungan perhatian atau kepedulian psikososial, kultural dan finansial orang tua mengakibatkan remaja mengalami kurang pendidikan formal maupun informal, putus sekolah sehingga menjadi menjadi tenaga kerja di bawah umur, kurang gizi dan kurang darah (anemia), pernikahan dini dan kehamilan remaja.
- Remaja membutuhkan lingkungan hidup yang aman dan memberi dukungan dukungan dalam memenuhi hasrat bereksperimentasi, menangani kematangan seksual dan munculnya hasrat beraktivitas seksual, menjalani peralihan dari iklim ketergantungan menuju kemandirian relatif guna menyongsong kehidupan orang dewasa.
- Remaja yang berhasil menunaikan tugas perkembangannya akan membahagiakan serta menolongnya berhasil pada penunaian tugas berikutnya.
- Remaja yang gagal dalam tugas perkembangannya akan mengecewakan diri sendiri dan masyarakat serta menyulitkan penunaian tugas berikutnya.
- Remaja dalam pemenuhan kebutuhannya, dipenuhi melalui interaksi sosial, seperti kebutuhan mendapat persetujuan, kasih, harga diri dan kedudukan di keluarga atau lingkungan sosial.
- Remaja dalam pemenuhan kebutuhannya terkait dengan pencapaian tugas serta dikembangkannya kebutuhan yang memotivasi pencapaian tugas.
- Remaja mengenai tugas perkembangannya (Havighurst: Monks, 2002) antara lain, mencapai pergaulan baru dan lebih matang dengan sebaya, mencapai peran lelaki (masculine) dan perempuan (feminine), mencapai kematangan fisik dan mendayagunakan tubuhnya secara efektif, mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya, menyiapkan diri untuk menikah atau membentuk rumah tangga, menyiapkan diri untuk membina karir secara ekonomis, mengembangkan ideologi, membentuk dan mencapai hasrat berperilaku yang secara sosial dapat dipertanggungjawabkan.
- Remaja pada dimensi tugas perkembangan dalam segi motorik adalah pertumbuhan fisik pesat karena puber, belajar menerima realitas pertumbuhan fisik yang pesat dan efektif, menyelaraskan diri dengan perubahan fisiknya.
- Remaja pada dimendi tugas perkembangan dalam segi mental yaitu mengembangkan kecakapan intelek sebagai bekal hidup bermasyarakat dan penyiapan karir.
- Remaja pada dimensi tugas perkembangan dalam segi seksual antara lain mandiri secara emosi dari orang tua atau orang dewasa lainnya, membina relasi baru dengan sebaya dari kedua jenis kelamin, bermain peran seksual secara sosial, siap membina rumah tangga, mengembangkan tanggungjawab sosial, serta membentuk nilai-nilai pemandu perilaku.
- Remaja awal (early adolescence) dengan periodisasi perkemabangan pada perempuan rentang usia 9-13 tahun dan laki-laki 11-15 tahun.
- Remaja tengahan (middle adolescence) dengan periodisasi perkembangan pada perempuan rentang usia 14-17 tahun dan laki-laki 16-17 tahun.
- Remaja akhir (late adolescence) dengan periodisasi perkembangan pada perempuan rentang usia 17-21 tahun dan laki-laki 18-21 tahun.
- Remaja awal terjadi pertumbuhan pesat ciri-ciri seksual sekunder.
- Remaja tengahan mulai mengidentifikasi dengan orang tuanya dan membentuk relasi baru dengan kelompok sebaya untuk kemudian berpaling ke lawan jenisnya serta berhasrat eksperimentasi.
- Remaja akhir telah memiliki identitas yang tegas atau nyata, memiliki pendapat serta gagasan yang dipikirkannya secara mantap (well formed).
- Remaja dengan kondisi fisik yang sehat dan prima diarahkan untuk menekuni atletik dan cabang olahraga lainnya serta berlatih keterampilan hidup guna mematangkan kesiapan karir.
- Remaja dapat berpikir sistematis dan kritis terhadap problematika yang abstrak dan hipotesis, karenanya dapat diajak mengidentifikasi kebutuhan atau masalah perkembangan dan mengajukan alternatif pemikiran kepada orang tua dan guru dalam upaya pengembangan diri remaja.
- Remaja dengan intensitas emosional yang kuat dapat diarahkan pada berbagai kegiatan seni, sastra dan budaya yang positif, selain disalurkan pada aktivitas sosial dan keagamaan.
- Remaja cenderung bergaul dalam kelompok yang diarahkan untuk menekuni kecakapan hidup yang menghendaki iklim kerjasama dan saling percaya sehingga membawa perubahan positif pada belajar yang bermakna dan pada kegiatan ekstrakurikuler sekolah.
- Remaja dalam perkembangan moralnya berguna bagi pengembangan nurani yang berfungsi memandu sikap dan perilaku moral.
- Remaja merupakan masa pembentukan identitas diri, karenanya orang tua, guru dan orang dewasa lain dapat memandu remaja menyiapkan diri memenuhi kewajiban bersekolah dan meniti karir bagi masa depannya.
- Remaja awal (usia 10-14 tahun) pertanyaan utama adalah “normalkah aku?”.
- Remaja awal mempunyai problematika utama mengalami pubertas, bergumul dengan tantangan kemandirian, bergaul dengan sebaya sesama jender dianggap sangat penting, suasana terombang-ambing.
- Remaja awal mengalami kerisauan utama, cemas tentang bentuk dan perubahan tubuhnya dan membandingkan diri dengan teman sebaya.
- Remaja awal dalam perkembangan kognitifnya, masih berpikir dalam pola yang konkret, kurang mampu memahami segi-segi yang rumit, biasa melamun, mengalami kesulitan mengidentifikasi perilakunya sekarang yang berdampak pada masa depan.
- Remaja tengah (usia 15-17 tahun) pertanyaan utama yaitu “siapakah aku?”.
- Remaja tengah mempunyai problematika utama, mempunyai daya intelektual yang baru, mengalami dorongan seksual yang baru, bereksperimen dan ambil resiko, relasi sosial mengandung kualitas berpusat pada kepentingan sendiri, membutuhkan penerimaan diri kelompok sebaya, munculnya identitas seksual.
- Remaja tengah mengalami kerisauan utama, adalah pengaruh teman sebaya, ketegangan antara anggota keluarga dan perorangan tentang memantapkan kemandirian, menyeimbangkan pengharapan keluarga dengan teman sebaya, cenderung berperilaku kompulsif dan mengambil resiko, kebutuhan kuat untuk memiliki hidup pribadi (privacy), dan mempertahankan identitas etnis sambil gigih berupaya menyesuaikan diri dengan budaya dominan (mayoritas).
- Remaja tengah pada perkembangan kognitifnya adalah mampu berpikir secara rasional, mempedulikan kebebasan dan hak-hak individu, lebih mampu menerima tanggungjawab pada konsekwensi perilakunya sendiri, serta mulai memikul tanggungjawab yang makin besar di dalam keluarga sebagai bagian identitas budayanya.
- Remaja akhir (usia sd 17 tahun) pertanyaan utama yaitu “kemana saya bergabung?”.
- Remaja akhir mempunyai problematika utama mandiri dari orang tua, gambaran ketubuhan yang realistik, menerima identitas seksual, membentuk tujuan kependidikan, karir dan pekerjaan yang kian jelas dan memiliki sistim anutan sendiri, mengembangkan relasi sosial yang saling mengasihi, peduli dan bertanggungjawab.
- Remaja akhir mengalami kerisauan utama adalah bertanggungjawab secara pribadi, mencapai kemandirian ekonomis, serta mengembangkan relasi keintiman.
- Remaja akhir perkembangan kognitifnya antara lain, cakupan perhatiannya lebih lama dan luas, cakap berpikir secara lebih abstrak, makin mampu mensintesiskan informasi dan memasok informasi bagi diri sendiri, mampu berpikir masa depan dan mengantisipasi konsekwensi dan tindakannya.
- Remaja menghadapi potensi krisis karena remaja mengalami perubahan wawasan dalam kehidupannya.
- Remaja perlu mencapai peyesuaian diri selaras krisis khas yang dihadapi pada usianya kini terutama menyesuaikan diri pada kehidupan interpersonal yang berubah amat pesat dan radikal.
- Remaja dihadapkan pada krisis mencapai identitas versus kebingungan peran.
- Remaja yang berhasil menangani krisis akan berketapan hati, memiliki komitmen dan dapat dipercaya, yang muncul dari identitas diri yang kokoh, sangat tulus, sungguh-sungguh, merasa bertanggungjawab dalam relasinya dengan sesama.
- Remaja yang menghadapi krisis akan mengalami kerancuan dan kebingungan identitas.
- Remaja dituntut membentuk suatu identitas, merumuskan siapa dirinya, tata nilai anutan sebagai pemandu kehidupan serta menjadi batu penjuru arah kehidupan dan karir yang akan ditekuni dalam hidupnya.
- Remaja yang mengalami krisis identitas yaitu periode temporer kebingungan dan tekanan batin sewaktu menghadapi sejumlah pilihan sebelum menetapkan tata nilai anutan hidup dan tujuan hidup.
- Remaja memiliki waktu yang makin panjang untuk mengeksplorasi berbagai pilihan hidup.
- Remaja yang mampu mengurai dan menangani konflik identitas akan tampil sebagai individu yang mampu menerima diri sendiri.
- Remaja yang gagal menangani konflik identitas akan mengalami kebingungan identitas sehingga ia menarik diri dan mengasingkan diri atau melarutkan diri ke dalam identitas teman sebaya yang dipilihnya.
- Remaja dengan identitas tercapai (identify achievment), remaja telah mengeksplorasi berbagai pilihan, sukses menangani krisis identitas, berkomitmen untuk membentuk seperangkat tujuan hidup dan tata nilai anutan hidup, merasa sejahtera secara psikologis, merasa nyaman dengan siapa diri dan ke arah mana ia akan mengarahkan kehidupannya.
- Remaja dengan identitas tertunda (moratorium), remaja menunda atau bertahan pada tahap perkembangan terdahulu, remaja sedang berada di tengah-tengah krisis, belum membuat komitmen atau komitmennya lemah atau samar-samar, remaja melakukan eksplorasi diri dan mengumpulkan berbagai informasi, mencoba-coba berbagai kegiatan baru dengan harapan menemukan tata nilai anutan dan tujuan hidup guna memandu kehidupannya.
- Remaja dengan identitas tertutup (identify foreclosure), remaja telah menyatakan komitmennya untuk menetapkan tata nilai anutan dan tujuan hidup tanpa mengalami krisis, mengeksplorasi berbagai pilihan yang terbuka baginya, remaja menerima secara bulat identitas yang ditentukan oleh orang tuanya atau gurunya dengan sertamerta (a ready-made identify).
- Remaja dengan identitas rancu (identify diffusion) adalah remaja kurang memiliki arah tegas dan jelas, remaja tidak mengalami krisis dan tidak berkomitmen pada perumusan tata nilai hidup dan tujuan hidupnya, remaja tidak secara aktif berupaya mencapai pemilikan pribadi nilai hidup dan tujuan hidup karena tidak melakukan eksplorasi terhadap berbagai kemungkinan dan pilihan hidup.
- Remaja dalam membentuk identitas diri perlu menetapkan diri yang bersifat pribadi (the private self) yang bercirikan oleh dimilikinya pikiran dan tindakan pribadi, ada keterpaduan dan konsistensi sikap, tindakan dan tutur kata dalam rentang waktu panjang dan dalam situasi yang berbeda-beda, memisahkan antara kehidupan orang-orang terdekat serta menarik jarak dari peluang pengaruh orang lain dalam kehidupan pribadinya.
- Remaja perlu merumuskan diri untuk tampil dihadapan lingkungan hidupnya (the public self) dengan merumuskan peran-peran yang perlu dimainkannya dalam hidup serta harapan-harapan lingkungan yang dibebankan kepadanya.
- Remaja yang mengalami perubahan nyata pada identitas individu benar-benar berlangsung setelah remaja memasuki awal usia dewasa, terutama yang berkaitan dengan pilihan vokasional.
- Remaja; suasana dan iklim kehidupan keluarga sangat penting bagi perkembangan identitas diri, karena ada mutualitas dan keterserapan remaja dalam kehidupan keluarga.
- Remaja dengan harga dirinya ditentukan oleh pengalaman masa kecil, pola asuh orang tua dan eksistensi dirinya secara holistik.
- Remaja dengan pengasuhan model Authoritarian, adalah orang tua memberitahukan anak untuk melakukan sesuai yang dikatakan dan diperintahkan oleh orang tuanya, banyak menghukum, sangat mengendalikan anak, hanya peduli agar anak patuh kepada orang tuanya serta menetapkan banyak aturan di rumah.
- Remaja yang mendapat pola asuh authoritarian berakibat, remaja cenderung kurang memiliki kompetensi sosial, agresif dan kurang mempedulikan hak-hak orang lain, bergaul dengan sebaya yang berperilaku menyimpang, serta mengembangkan moralitas yang bersumber dari luar dirinya.
- Remaja dengan gaya pengasuhan Authoritative, orang tuanya akan melakukan disiplin ketat, tegas dan adil dengan menekankan pada pola komunikasi dengan anak, berpengharapan tinggi agar anak memiliki kematangan moral, kurang menekankan hukuman fisik, melibatkan anak dalam proses pengambilan keputusan dan dalam menetapkan aturan yang mengikat keluarga, bersikap hangat kepada anak, mengandalkan mengkomunikasikan moralitas dalam upaya mendewasakan anak.
- Remaja dari gaya asuh authoritative cenderung lebih memiliki percaya diri dan merasa berkemampuan, menunjukkan sikap sosial yang lebih besar, suka bereksplorasi, serta menghargai orang lain.
- Remaja dengan pola asuh Permissive, adalah orang tua yang sangat longgar dan strukturnya tidak konsisten, anak diberikan kebebasan luas dalam menetapkan kegiatan, aturan dan jadwal kegiatan, anak mengambil keputusan sendiri yang sebenarnya tidak nyaman untuk dilakukan oleh anak.
- Remaja yang diasuh dengan gaya permissive cenderung kurang matang, perilakunya impulsif atau terdorong nafsu serta sukar menimbang dari sudut pandang orang lain.
- Remaja yang diasuh orang tua dengan gaya asuh terlalu melindungi (over protectection) seperti kontak yang berlebihan dengan anak, pemberian bantuan kepada anak terus-menerus meski anak sudah mampu mengelola diri sendiri, mengawasi kegiatan anak secara berlebihan dan memecahkan masalah anak.
- Remaja sebagai akibat dari pola asuh terlalu melindungi adalah perasaan tidak aman, agresif dan dengki, mudah merasa gugup, melarikan diri dari kenyataan, sangat tergantung, ingin menjadi pusat perhatian, bersikat menyerah, lemah ego strength (toleransi frustasi rendah), kurang mampu mengendalikan emosi, menolak tanggungjawab, kurang percaya diri, mudah terpengaruh, peka pada kritik, bersikap “yes men”, egois (selfish), suka bertengkar, pembuat ulah (trouble maker), sulit dalam bergaul dan mengalami rindu ketika di rantau (homesick).
- Remaja dengan pola asuh orang tua yang serba membolehkan (permissiveness) seperti orang tua yang memberi kebebasan berpikir dan berusaha, menerima pendapat anak, membuat anak merasa diterima atau merasa kuat, toleran dan paham kelemahan anak, lebih suka memberi apa yang diminta anak daripada menerima.
- Remaja sebagai akibat dari pola asuh serba membolehkan (permissiveness) adalah anak pandai mencari jalan keluar, anak dapat bekerja sama, percaya diri, anak menjadi serba penuntut dan tidak sabaran.
- Remaja dengan pola asuh orang tua yang menolak anak (rejection) seperti orang tua bersikap masa bodoh, bersikap kaku, kurang peduli kesejahteraan anak, menampilkan sikap permusuhan dan dominasi terhadap anak.
- Remaja sebagai akibat dari pola asuh menolak anak (rejection) adalah agresif, mudah marah, gelisah, tidak patuh, keras kepala, suka bertengkar, nakal, submissive, kurang dapat mengerjakan tugas, pemalu, suka pengasingan diri mudah tersinggung, penakut, sulit bergaul, pendiam dan sadis.
- Remaja dengan pola asuh orang tua yang menerima anak (acceptence) adalah orang tua yang memberikan perhatian dan kasih sayang kepada anak, menempatkan anak pada posisi yang penting di dalam rumah, mengembangkan hubungan yang hangat dengan anak, respek pada anak, mendorong anak menyatakan perasaan atau pendapatnya, berkomunikasi terbuka dengan anak dan mendengar masalahnya.
- Remaja sebagai akibat dari pola asuh menerima anak (acceptence) adalah anak mau bekerjasama, bersahabat, loyal, emosinya stabil, ceria dan optimis, mau bertanggungjawab, jujur, dapat dipercaya, punya rencana jelas untuk mencapai masa depan dan bersikap realistik (paham kekuatan atau kelemahan diri secara objektif).
- Remaja dengan pola asuh orang tua yang mendominasi anak (domination) yaitu orang tua yang menguasai anak secara psikologis.
- Remaja sebagai akibat dari pola asuh mendominasi anak (domination) adalah anak bersikap sopan dan sangat hati-hati, pemalu, penurut, rendah diri dan mudah bingung, serta tidak dapat bekerja sama.
- Remaja dengan pola asuh orang tua yang menyerah pada anak (submission) seperti orang tua yang senantiasa memberikan apa yang diminta anak dan membiarkan anak berperilaku semaunya di rumah.
- Remaja sebagai akibat dari pola asuh menyerah pada anak (submission) adalah anak tidak patuh, tidak bertanggungjawab, agresif dan teledor, bersikap otoriter, serta terlalu percaya diri.
- Remaja dengan pola asuh orang tua yang suka menghukum anak (submission) adalah orang tua mudah memberi hukuman dan menanamkan kedisiplinan secara keras.
- Remaja sebagai akibat dari pola asuh suka menghukum anak (punitive) adalah anak menjadi impulsif, mudah terpancing, anak sukar mengambil keputusan dan nakal.
- Remaja, emosionalnya berhubungan dengan orang tuanya (attachment) yang berperan dalam perkembangan kemandirian remaja.
- Remaja yang relasi sosialnya sehat dan tidak terlibat alkoholisme dikarenakan orang tuanya berperan aktif dalam memantau dan membimbing perkembangan remaja.
- Remaja awal mempunyai peluang yang besar terjadinya koflik antara orang tua dengan anak.
- Remaja yang mempunyai ketidak-sepakatan antara orang tua dengan anak dapat berfungsi positif karena konflik itu memudahkan peralihan remaja dari situasi serba bergantung pada orang tua menuju ke arah kemandirian.
- Remaja dalam menjalin masa remajanya dapat dibantu oleh orang tua, antara lain menunjukkan sikap hangat dan menghargai serta bersabar, tunjukkan minat yang berkembang pada kehidupan anak, mengakui dan menyesuaikan diri dengan perkembangan kognitif dan sosial-emosional anak, mengkomunikasikan pengharapan orang tua pada standar yang tinggi, menunjukkan pola pemecahan masalah yang konstruktif serta berikan model bagi pemecahan masalah.
- Remaja dengan orang tua yang tidak memberikan ruang bagi terbentuknya kemandirian anak akan menemukan bahwa anaknya terlibat dalam pergaulan yang salah yaitu bergaul dengan remaja yang negatif.
- Remaja yang orang tuanya positif memiliki prestasi belajar yang bagus di sekolah, rendah kecenderungannya mengalami depresi dan stres, rendah kecenderungan terlibatan dalam perilaku berisiko, keterampilan sosialnya lebih bagus, lebih diterima dan dihargai teman-temannya serta lebih cakap menangani konflik.
- Remaja perempuan, orang tuanya akan lebih banyak memantau perilaku online anaknya dari pada orang tua dari remaja laki-laki.
- Remaja pada seksualitasnya menyangkut kegiatan eksplorasi, eksperimentasi, fantasi seksual dan memasukkan aspek seksualitas ke dalam identitas diri remaja.
- Remaja mengalami perkembangan identitas seksual yang berkenaan dengan belajar mengelola perasaan seksual, mengembangkan keintiman dalam bentuk baru, mempelajari keterampilan untuk mengelola dan mengatur perilaku seksual, serta dalam identitas seksual tercakup kegiatan, minat-minat, gaya berperilaku, indikasi dari orientasi seksual.
- Remaja sangat memerlukan bantuan dalam mengembangkan relasi yang sehat dengan diri sendiri melalui pengembangan harga diri.
- Remaja sangat rentan menerima kritik, meski juga sangat kritis terhadap orang tua dan masyarakat.
- Remaja bertujuan untuk mengembangkan rasa positif terhadap diri sendiri yang cukup luwes untuk menyesuaikan diri dengan situasinya yang baru serta yang sekaligus cukup stabil agar berlangsung kesinambungan perkembangan rasa dirinya itu.
- Remaja mengembangkan diri yang dicitakannya (ideal self) yang dibandingkan dengan diri yang senyatanya (actual self).
- Remaja awal harga diri cenderung rendah karena individu sangat menimbang dan mengkritik diri.
- Remaja tengahan, harga diri meningkat karena individu mengalami sukses dalam bereksperimentasi dan mengembangkan potensi.
- Remaja akhir, harga diri individu menjadi menetap atau stabil karena individu bereksperimentasi dengan peran-peran dan perilaku efikasinya membawa remaja ke dalam terciptakannya diri yang selaras dan terintegrasikan (integration into corehent self).
- Remaja harga dirinya adalah cara individu mengamati kecakapan, kepribadian dan penampilannya serta keterhubungannya dengan komunitas sekitarnya.
- Remaja harga dirinya harus dibangun terus-menerus.
- Remaja yang mempunyai harga diri rendah disebabkan oleh pengalaman masa kanak-kanak yaitu dikritik secara kasar, diteriaki atau secara fisik disalah-gunakan, diabaikan, diledek atau digoda sampai jengkel, sepanjang waktu dituntut untuk menjadi sempurna, mengalami kegagalan dalam olahraga atau prestasi belajar rendah, dinilai sebagai tidak menarik oleh teman-teman sebaya, relasi sosialnya di masyarakat teramat sedikit, mengalami kesulitan untuk menyukai diri sendiri dihadapan kritik, penolakan dan konflik yang sedang berlangsung dengan orang lain.
- Remaja yang mengalami gangguan perilaku ada kemungkinan menurunkan harapan agar dapat membenarkan kegagalan atau perilakunya yang salah.
- Remaja yang memiliki harga diri yang rendah berdampak negatif pada dimensi, suasana hati (depresi, cemas, amarah dan sikap permusuhan), pikiran (kemerosotan penilaian diri dan pengahrapan yang negatif), perilaku (mengambil resiko dan pemakaian narkoba), relasi sosial (tidak mempercayai dan menghindari orang lain), tujuan hidup (pengharapannya rendah dan takut menghadapi perubahan).
- Remaja yang harga dirinya rendah akan sebagai pemain aktor (the imposter), hidup dalam rasa cemas terus-menerus sehingga butuh sukses yang berkelanjutan untuk mempertahankan topeng harga diri yang positif yang pada gilirannya akan membawanya ke dalam masalah ingin serba sempurna, prokrastinasi, berkompetisi dan mengalami kejenuhan.
- Remaja yang mempunyai harga diri rendah akan menjadi pemberontak (the rebel) bertindak seolah seperti yang diharapkan oleh orang-orang lain terutama yang berkuasa, ia senantiasa butuh membuktikan bahwa penilaian dan kritik tidak mengecewakannya sehingga pada gilirannya ia suka menyalahkan orang lain secara berlebih, melanggar hukum atau menentang pihak yang berwenang.
- Remaja yang memiliki harga diri rendah sebagai pecundang (the loser) menggunakan mengasihi diri sendiri (self-pity) atau berperilaku aneh sebagai tameng untuk melawan rasa cemas karena harus memikul tanggung jawab untuk mengubah diri, ia senantiasa meminta bimbingan orang lain sehingga menimbulkan masalah seperti kurang asertif atau kurang mantap diri, prestasi di bawah potensi dan bergantung berlebihan kepada pihak lain.
- Remaja yang mengalami harga diri rendah menurunkan taraf pengharapannya guna menghindari kekecewaan lebih lanjut.
- Remaja akan mempunyai harga diri tinggi jika dipuji, didengarkan dan dikukuhkan ceritanya, diajak berbicara dengan perhatian dan kepedulian, diperhatikan dan dikasihi, mengalami sukses dalam kegiatan belajar atau olahraga di sekolah, memiliki teman-teman yang amat dipercayainya dan mempercayainya, merasa ada ikatan hubungan bertetangga, berkeluarga dan berteman.
- Remaja yang harga dirinya sehat memiliki “self talk” yang positif dan meyakinkan, sedangkan remaja yang harga dirinya rendah cenderung memiliki “self talk” yang sangat buruk, sangat mengkritik dan menilai diri secara negatif.
- Remaja yang kurang-lebih berada pada taraf usia yang sama atau berada pada taraf perkembangan yang sama pula dinamakan teman sebaya.
- Remaja yang mempunyai teman sebaya mempunyai manfaat yaitu sumber dukungan sosial, bertindak sebagai sumber pembanding, sumber eksperimentasi dan loloh-balik.
- Remaja yang berinteraksi secara positif dengan sebayanya dapat mengurangi gangguan psikososial seperti depresi, rendahnya harga diri dan stres serta menurunkan gangguan kenakalan remaja, konsumsi alkohol, meningkatnya prestasi belajar dan menurunkan drop out dari sekolah.
- Remaja memperoleh pengalaman bersama teman sebaya berguna dalam membentuk wawasan tentang segi yang benar dan salah serta memelihara relasi keintiman yang sehat dan berjangka lama.
- Remaja yang menjalin relasi dengan sebayanya mempunyai dampak negatif antara lain penggunaan narkoba, geng dan kekerasan, anak mengalami rasa kesepian serta bunuh diri.
- Remaja yang memiliki keeratan relasi dengan orang tuanya biasanya juga memiliki rasa keeratan yang sehat dan aman dengan sebayanya pula.
- Remaja mengadopsi sikap-sikap dan perilaku sebayanya karena individu merasakan adanya tekanan nyata atau tekanan yang dibayangkan dari kelompoknya, maka terjadilah korformitas sebaya.
- Remaja yang rentan terhadap pengaruh sebaya dikarenakan remaja masih bergantung pada orang-orang lain untuk memperoleh loloh-balik dan dukungan emosional.
- Remaja mengetahui orang-orang disekitar mengharap tetapi remaja tidak menggunakan pengharapan itu sebagai pemandu perilaku disebut kejadian non-conformity.
- Remaja bereaksi berlawanan dengan pengharapan kelompok sebaya dan segera menolak bertindak atau berpendapat sebagaimana yang dikehendaki oleh sebayanya disebut kejadian anti-conformity.
- Remaja yang populer yaitu remaja yang sering dinominaskan sebagai teman terbaik dan jarang dibensi oleh sebayanya.
- Remaja yang diabaikan yaitu remaja yang dinominasikan sebagai teman terbaik dan yang tidak disukai oleh tean sebayanya.
- Remaja yang ditolak yaitu remaja yang jarang dinominasikan sebagai teman terbaik dan secara aktif tidak disukai teman sebayanya.
- Remaja kontroversial yaitu remaja yang sering dinominasikan sebagai teman terbaik dan juga sebagai teman yang tidak disukai.
- Remaja menunjukkan kecakapan dalam menyelesaikan masalah secara efektif, bersikap asertif dan matang dalam berinteraksi dengan relasi sosialnya.
- Remaja yang cakap mengendalikan emosi dan menahan diri biasanya cenderung lebih diterima oleh kelompok sebaya.
- Remaja yang mempunyai perilaku proporsional meliputi keterampilan berkomunikasi, keterampilan bernegosiasi atau berunding, memberi dan menerima umpan balik positif dan negatif dengan lapang hati, mengenali dan mengindahkan norma-norma sosial, mengendalikan rasa amarah-sikap ketus atau perilaku murung (bersungut-sungut), menggunakan sikap asertif untuk mengekspresikan kebutuhan sendiri, menggunakan keterampilan berbicara yang sesuai dengan norma pergaulan, membangun jejaring pergaulan sosial, menghindari konsumsi alkohol dan narkoba, serta mengekspresikan perilaku kasih sayang yang sesuai norma dalam berinteraksi heteroseksual.
- Remaja korban bullying biasanya dipersepsikan sebagai orang yang lemah.
- Remaja yang mempunyai perilaku bullying adalah menggoda, menggosipkan, mejauhkan seseorang dari pergaulan sosial, memukul, menyerang dengan kata-kata yang keras dan menyerang secara jasmaniah.
- Remaja yang berperilaku verbal bullying, yaitu memanggil nama temannya dengan tidak sopan, berbicara sarkastik, menyebarkan rumor, mengancam, menyinggung atribut budaya, etnis, agama, jender atau orientasi seksual dan berkomentar dalam nuansa seksual yang tidak dikehendaki oleh korbannya.
- Remaja yang berperilaku social bullying dengan mengepung korban, menjadikan korban kambing hitam, mengeluarkan korban dari kelompoknya, melecehkan dan menghina teman sebayanya.
- Remaja yang mempunyai perilaku physical bullying, antara lain memukul, menonjok, menekan tubuh korban, merusak atau mencuri barang milik korban dan menyentuh paksa tubuh korban secara seksual.
- Remaja yang berperilaku cyber bullying yaitu dengan menggunakan internet atau menulis sms untuk mengintimidasi, merendahkan, menyebarkan rumor atau mempermainkan seseorang.
- Remaja yang mengalami academic bullying dikarenakan kecakapan akademik yang terbatas atau karena prestasi akademik yang menonjol.
- Remaja yang berperilaku bullying karena perilaku bukan tradisional biasanya julukan yang bersinggungan dengan prasangka jender, misalnya perempuan dijuluki sebagai tomboy.
- Remaja yang menjadi korban bullying memiliki dampak buruk diantaranya, menarik diri dari keluarga atau sekolah karena ingin menyendiri, menjadi pemalu, gangguan pencernaan, sakit kepala, serangan panik, gangguan pola tidur dan mimpi buruk.
- Remaja yang pacaran (teen dating) yaitu aktivitas antara dua orang berusia remaja sampai dengan dewasa yang bertujuan untuk saling mengenal secara lebih baik satu dengan yang lainnya dengan peluang berkembang menjadi hubungan yang bertaraf romantis.
- Remaja yang berpacaran memiliki sisi negatif antara lain ada beberapa perempuan hamil setelah melakukan pacaran, mengalami patah hati dan berputus-asa karenanya, orang dewasa yang memperoleh kepercayaan dari remaja perempuan tetapi kemudian bertindak buruk dalam pacaran, dan satu dari tiga remaja mengalami sesuatu bentuk kekerasan dalam berpacaran.
- Remaja yang berpacaran mempunyai sisi positif antara lain menyediakan sarana belajar keterampilan berkomunikasi secara sehat dengan pasangannya, meningkatkan percaya diri remaja dan posisinya di antara teman sebaya, mengajarkan remaja segi pentingnya mempercayai dan bersikap jujur, mengajarkan remaja berkompromi karena relasi pacaran yang sehat menghendaki agar kedua belah pihak kadang berkorban.
- Remaja yang menjalin persahabatan memiliki fungsi yaitu pertemanan (companionship), perangsangan (stimulation), dukungan jasmaniah (physical support), dukungan ego (ego support), pembanding sosial (social comparasion), kemesraan (intimacy/ affection).
- Remaja perempuan biasanya mendeskripsikan temannya sebagai “amat peka sebagaimana saya”, atau “dapat dipercaya seperti saya”, dan mempunyai sahabat amat karib dan berada dalam klik.
- Remaja laki-laki biasanya menahan diri tidak membuka rahasia diri dalam segi problematika maskulinitas.
- Remaja yang berpacaran dan mempunyai hubungan romantis, berfungsi sebagai rekreasi, menjadi sumber status dan prestasi, menjadi bagian dari sumber sosialisasi remaja, bagian dari proses sosialisasi remaja, belajar berkeintiman dan memaknai relasi pacaran, menjadi konteks eksperimentasi dan eksplorasi seksual, berpacaran dapat menyediakan sarana pertemanan, memberi sumbangan pada pengembangan pembentukan identitas, menjadi sarana menyeleksi pasangan hidup.
- Remaja laki-laki oleh teman sebaya biasanya diajari cara mengambil inisiatif berpacaran.
- Remaja perempuan oleh teman sebaya biasanya diajari bersikap reaktif dan menjunjung tinggi ikatan pertunangan dan menjaga kesucian.
- Remaja yang berpacaran cenderung diterima oleh sebaya dan diamati lebih menarik secara jasmaniah.
- Remaja yang suka menonton tayangan film televisi sangat cenderung mulai berpacaran lebih awal dan berpacaran dengan lebih dari seseorang.
- Remaja perempuan menghadapi situasi yang lebih sulit dibandingkan dengan remaja laki-laki dalam menyongsong masa dewasa.
- Remaja yang mengamati dengan jelas ketidak-persetujuan orang tua tentang perilaku beresiko ramaja akan cenderung menghindari berperilaku berisiko.
- Remaja yang mengamati rasional ketidak-persetujuan orang tuanya secara jernih mampu menjadikannya sebagai basis moral berperilaku.
- Remaja yang mengambil keputusan secara mandiri, membantunya berpikir kritis, mampu memikirkan dengan sadar konsekwensi dari tindakannya, mengidentifikasi dan mengungkapkan perasaan dan gagasannya serta yang banyak berkaitan dengan banyak perasaan remaja.
- Remaja yang memiliki kecakapan mengambil keputusan mampu menepis dan menolak pengaruh negatif teman sebaya.
- Remaja merasakan kesesuaian ke dalam jejaring persahabatan melalui teman karib, teman terbaik, klik, khalayak yang memimpin remaja, dan sekolah.
- Remaja yang makan malam bersama orang tuanya tujuh kali seminggu secara signifikan cenderung tidak mengkonsumsi narkoba dan tidak aktif secara seksual.
- Remaja yang terlibat dalam keluarga yang pola asuhnya demokratis secara signifikan kurang terlibat ke dalam kegiatan dan perilaku remaja yang tidak sehat.
- Remaja mengapresiasi dan mendapat keuntungan dari koneksi yang berkembang ketika orang tua melibatkan diri ke dalam kegiatan bersama remaja secara teratur.
- Remaja yang di masa kecilnya mengalami kelekatan emosional yang kurang, di masa remajanya cenderung manjadi bergantung, kurang mandiri dan pencemburu.
- Remaja yang mengalami perubahan hormon dapat mempengaruhi emosi remaja sehingga remaja mudah mengalami perubahan suasana hati dengan cepat, riang gembira sebentar kemudian murung.
- Remaja mengalami stres emosional karena berbagai hal salah satunya adalah “kejadian buruk”, seperti putus hubungan dengan pacar, pertengkaran yang menyengit dengan orang tua, bermusuhan dengan saudara sekandung, pertengkaran sengit antar ayah dan ibu, perubahan status finansial orang tua, ada cedera atau sakit serius pada anggota keluarga, bermusuhan dengan teman sekelas dan bermusuhan dengan orang tua.
- Remaja yang terlibat dalam pergaulan yang mengkonsumsi alkohol dan narkoba, terjadi resiko tinggi mengalami ketagihan, kehamilan remaja, penyakit menular seksual, kecanduan narkoba, gangguan perilaku sebagai akibat konsumsi alkohol dan narkoba.
- Remaja beresiko (At Risk Adolescence, Weston et al., 1999) yaitu remaja yang dinilai terlibat kenakalan oleh pengadilan atau sudah melakukan pelanggaran hukum, termasuk remaja yang salah guna alkohol, remaja yang mengalami gangguan emosional dan keperilakuan, mengalami prestasi dibawah potensi, remaja yang berasal dari lingkungan sosial ekonomi berkekurangan serta remaja yang sudah sulit ditangani oleh institusi sekolah, rumah tangga dan agen layanan sosial di komunitas.
- Remaja beresiko dalam domain rumah tangga diawali pada usia 11-14 tahun.
- Remaja beresiko dalam domain rumah tangga disebabkan oleh relasi orang tua dengan anak yang buruk, kasar kejam atau disiplin amat longgar, sistem pantauan terhadap perilaku anak buruk, keterlibatan orang tua yang pendidikan anak amat rendah orang tua justru bersikap anti sosial, broken home, ada konflik keluarga, status sosial ekonomi orang tua rendah.
- Remaja yang beresiko dalam domain sekolah diawali pada usia 12-14 tahun.
- Remaja yang beresiko dalam domain sekolah disebabkan oleh kinerja atau prestasi belajar atau sikap siswa terhadap sekolah buruk dan kegagalan secara akademik.
- Remaja yang beresiko dalam domain teman sebaya diawali pada usia 12-14 tahun.
- Remaja yang beresiko dalam domain teman sebaya disebabkan oleh ikatan sosial pertemanan lemah, kelompok sebaya yang berperilaku anti sosial, melakukan kenakalan remaja dan menjadi anggota geng yang negatif.
- Remaja yang mempunyai gejala adanya gangguan beresiko yaitu menarik diri dari pergaulan, tertekan dan lelah berlebihan, ceroboh dalam penampilan jasmaniah, kemerosotan dalam prestasi belajar dan kesulitan berkonsentrasi dalam pembelajaran, kehilangan minat pada berbagai aktivitas dan pertemanan merosot, bersikap memusuhi dan tidak bersedia bekerjasama, perubahan dalam kebiasaan makan dan tidur, harga diri merosot serta merasa putus asa.
- Remaja yang berteman lebih banyak memiliki rasa sejahtera lebih besar, lebih tinggi harga dirinya dan menghadapi sedikit dan menghadapi sedikit masalah sosial di usia dewasa.
- Remaja yang bermasalah dengan pertemanan sangat cenderung lebih merasa kesepian, merasa dikorbankan oleh teman-temannya, lebih bermasalah dalam menyesuaikan diri dengan sekolah serta lebih besar kemungkinan terlibat dalam perilaku menyimpang.
- Remaja menghabiskan lebih dari sepertiga waktunya untuk bersama-sama dengan temannya.
- Remaja yang lebih tua usianya memiliki sikap terbuka atau berbagai pikiran dan perasaan dengan sahabatnya.
- Remaja akhir berkembang keintiman yang makin bermakna.
- Remaja mengakui dan menghargakan tinggi kompleksitas relasi antar manusia.
- Remaja memandang persahabatan sebagai ikatan amat kokoh dan stabil yang bertumbuh dan berlangsung lama.
- Remaja memiliki kecakapan untuk merasakan romantisme yaitu dengan munculnya rasa romantis dan ketertarikan seksual pada lawan jenis.
- Remaja laki-laki dan perempuan mulai membangun relasi keintiman dengan cara, remaja berhasrat saling bergaul ketika keduanya terlibat ke dalam suatu kegiatan.
- Remaja perempuan yang tingkat keterbukaannya tinggi dapat lebih mengembangkan keintiman dalam persahabatannya serta memberi sumbangan positif pada kecakapannya mendorong sebaya mendiskusikan masalahnya dalam pergaulan dan kehidupan.
- Remaja laki-laki lebih menonjol dalam kegiatan bermain yang keras dan agresif, lebih banyak beraktivitas dalam sport dan kompetisi, lebih peduli pada dominasi di dalam kelompok sebaya serta mengalami menjadi korban di dalam kelompok terutama tentang agresi jasmaniah.
- Remaja berbakat pikirannya lebih luas dan mendalam serta kompleks dibandingkan dengan rerata remaja.
- Remaja berbakat, kemampuan dalam memahami situasi yang bertolak belakang dengan fakta kehidupan yang diamati remaja itu sering mempengaruhi relasi remaja dengan orang tuanya.
- Remaja berbakat ingin bernegosiasi dengan zamannya, remaja makin menunjukkan kepedulian pada problematika sosial, politik dan moral.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar