Jumat, 05 Juli 2019

Terapi Seni (Art Therapy)


Terapi Seni

Menurut AATA (American Art Theraphy Association), terapi seni dapat diartikan sebagai suatu kegiatan terapeutik yang menggunakan proses kreatif dalam lukisan untuk menambah baik dan menyempurnakan fisikal, mental dan emosi individu di bawah semua peringkat umur.
Manfaat dari terapi seni, sebagai berikut:
1.      Membuat gambar atau simbol yang mewakili suatu masalah, perasaan dan tema dalam hubungan dengan ceritanya.
2.      Secara visual dapat mengembangkan gambaran mengenai lingkungan dan mengenali kedudukannya dalam lingkungan tersebut.
3.      Mengeksplorasi setiap perubahan yang sudah terjadi dalam lingkungan atau perubahan yang akan mereka buat setelah beberapa waktu.
4.      Menciptakan sekuel yang mengekspresikan perkembangan kronologis dari cerita pribadinya, seperti buku komik.
5.      Membuat pernyataan yang kuat dalam bentuk yang bisa diterima. Sebagai contoh perilaku agresif, dapat diekspresikan dalam sebuah gambar. Dengan cara ini, perilaku yang tertahan dapat dikeluarkan. Hal ini membuat anak dapat bereksperimen dengan mengalami emosi negatif.
6.      Memungkinkan anak berlaku konstruktif dan destruktif, namun dalam cara yang bermanfaat. Sebagai contoh, anak dapat merusak gambar yang sudah mereka buat dengan mencorat-coret atau merusak seluruh gambar dengan menyobek-nyobeknya dan membuangnya, yang menyimbolkan sesuatu yang membuatnya marah.
7.      Anak yang tidak dapat membicarakan keinginannya dan kebutuhannya dalam hubungan dengan situasi masa lalu, sekarang dan masa depan, dapat melakukan hal tersebut dengan menggunakan bahasa simbolis berupa menggambar, melukis atau kreasi konstruksi yang artistik.
Semua media yang digunakan dalam terapi seni ini berpengaruh karena memungkinkan anak mengekspresikan dan mengkomunikasikan pikiran internal, perasaan dan pengalaman dengan menggunakan daya khayal individual dan simbol-simbol.
            Dalam memilih apa yang digambar atau dilukis, kita perlu mengingat bahwa anak akan berkinerja dengan keterampilan yang bervariasi, bergantung pada usia perkembangannya. Konselor harus mempunyai pemahaman tentang tingkat keterampilan yang tepat dilihat dari sudut perkembangan sehingga kinerja anak tidak diinterpretasikan secara keliru sebagai abnormal dan dapat memperoleh manfaat terapeutik yang optimal pada penggunaan media ini.
1.      Anak usia di bawah 4 tahun.
Normal dan lazim jika mencorat-coret dan bereksperimen dengan mencoba cara-cara menggambar yang baru. Mereka tidak menghubungkan warna yang digunakan dalam lukisannya dengan warna objek yang sesungguhnya, dan kebanyakan menggunakan pilihan warna yang merespon perasaan emosionalnya. Meskipun konselor tidak dapat memahami arti dari gambar atau coretan, anak tahu apa yang diwakili oleh gambar itu. Biasanya anak dalam kelompok usia ini tidak mau menceritakan kepada konselor apa yang mereka gambar, kecuali diminta. Kadang-kadang anak juga mengubah arti gambar, mula-mula menyebutnya gambar orang, kemudian gambar anjing, dan selanjutnya gambar ibu sedang berbelanja.
2.      Anak usia 4-6 tahun.
Memandang gambar atau lukisannya sebagai sesuatu barang berharga yang telah mereka buat. Mereka mungkin ingin menyimpannya atau memberikannya ke seseorang.
3.      Anak usia 5-7 tahun.
Proporsi gambar sosok manusia cenderung tidak realistis. Anak mungkin menggambar manusia dengan tangan yang besar dan tidak proporsional dengan tubuhnya.
4.      Anak usia 7 atau 8 tahun.
Mulai menggambar manusia di tepi bawah kertas dan menggambar beberapa hal lain disekeliling sosok manusia tersebut, seperti langit, burung, matahari atau awan. Warna yang digunakan lebih realistik. Namun gambar yang anak buat adalah “gambar tembus pandang”, sebagai contoh gambar rumah yang menunjukkan baik bagian luar rumah dan gambar ruangan-ruangan di dalam rumah. Sama seperti, anak menggambar ibunya yang sedang hamil ditambah dengan gambar bayi di dalam perut ibu. Anak juga menggambar beberapa peristiwa yang berbeda, yang terjadi pada berbagai tahapan waktu, dalam satu gambar.
5.      Anak usia 8 tahun ke atas.
Simbol menjadi lebih kompleks artinya dan gambar mulai mencerminkan perbedaan individual sesuai dengan kebutuhan dan masalah anak. Pada tahap ini ada kecenderungan ketertarikan dengan detail dan pola. Sebagai contoh, anak perempuan mungkin menggambar rok dengan hiasan yang sangat detail, dan anak laki-laki menggambar pesawat terbang atau roket dengan rancangan yang sangat detail.
6.      Anak pra-remaja.
Motivasi ketika menggambar menjadi kurang terfokus pada apa yang anak lihat dan lebih terfokus pada pengalaman emosional atau subjektif anak. Anak yang lebih muda akan menggambar atau melukis seolah mereka adalah penonton suatu adegan dan akan mencoba menyajikan gambarnya secara tiga dimensi dengan menggunakan perspektif. Sebaliknya, anak pra-remaja lebih suka menggambar atau melukis seolah mereka langsung terlibat dalam aksi dan menggunakan warna-warna yang sesuai dengan emosinya.
Meskipun terlihat adanya tahap perkembangan yang terkait usia dalam menggambar dan melukis, ada cara-cara yang sifatnya lebih umum dimana anak biasanya merefleksikan perasannya melalui penggunaan garis, bentuk dan warna.
Dimensi
Interpretasi
Lokasi/ Penempatan
Tengah
Normal, masuk akal, tenang
Atas kanan
Cenderung intelek, menahan ekspresi perasaan
Atas kiri
Semau sendiri, selalu ingin memuaskan kebutuhan emosional, orientasi masa lalu
Rendah
Perlu dukungan, kurang percaya diri
Ukuran
Sangat besar
Agresif, ekspansif, cenderung membesarkan diri, dapat berperan
Sangat kecil
Inferior, takut, tidak tenang, tidak efektif, terbatasi, depresif dengan tekanan
Tekanan pensil/ kualitas garis
Bervariasi
Fleksibel, adaptif
Tebal
Tanda tekanan, tingkat energi, kuat mampu memerankan
Tipis/ shet
Enggan, tidak dapat memutuskan, takut, tidak tenang, terbatasi, tingkat energi rendah
Garis berbayang
Gelisah
Garis panjang
Perilaku terkontrol, dibatasi
Garis pendek
Semaunya sendiri
Garis lurus tidak terputus
Tegas dan mampu menentukan
Organisasi dan simetri
Aneh
Cenderung schizoid
Diberi box
Sulit mengontrol, ketergantungan, hidup pada struktur
Diringkas
Ingin menghilangkan konflik
Sangat simetris
Obsesi-kompulsif, mempertahankan diri terlalu intelektual, dingin, berjarak, hipertensif, perfeksionis
Kurang simetris
Tidak tenang, kontrol dorongan kurang konsep diri, tidak seimbang
Menghapus
Berlebihan
Tidak pasti, tidak dapat menentukan, tidak tenang, obsesif-kompulsif
Perbaikan
Fleksibel, menyesuaikan untuk kepuasan
Menempat
Masalah dengan bagian itu
Detil
Tidak ada
Psikosomatik,kondisi hipertensi atau depresif dan menarik diri
Berlebihan
Cenderung obsesi-kompulsif, kasar dan atau gelisah, sangat emosional
Aneh
Psikosis
Organ dalam di gambar
Menyukai khayalan romantik, shizoprenic dan manic, kurang dapat menetukan, gangguan seksual yang ditujukan  oleh  organ seksual
Busana luar
Pamer
Distorsi dan penghapusan
Distorsi
Kacau, psikotik atau shizoprenic
Penghapusan
Konflik penolakan
Perspektif
Dari bawah
Penolakan, tidak bahagia, menarik diri
Dari atas
Rasa superior, kompensasi karena perassaan tidak memadai yang mendasar
Bayangan
Wilayah terbayang
Gelisah
Tidak ada
Gangguan sifat
Warna
Hitam
Depresi, tekanan, penahanan, tidak memadai, mengutuk diri
Merah
Masalah atau marah, reaksi marah atau reaksi marah atau keras, membutuhkan kehangatan dan kasih sayang
Orange
Ekstroversi, respon emosional pada dunia luar, perjuangan untuk kehidupan atau kematian
Kuning
Ceria, intelek, lepas, ekspansif, gelisah
Hijau
Penuh kasih, ego sehat, damai, aman
Biru
Tenang, terkontrol, dingin, menjaga jarak, menarik diri
Ungu
Emosional, penuh kasih di dalam, di luar tegas, membutuhkan kontrol untuk memiliki, perasa, aman, pas, tegas, dekat dengan alam
Abu-abu
Melepaskan diri, represi, menolak, menetralkan emosi
Putih
Pasif, kosong, depersonalisasi, kehilangan kontak dengan realitas
Fokus penggunaan media dalam terapi seni adalah kreativitas. Media yang digunakan dalam konseling anak:
1.      Menggambar dan melukis
1.1.   Material yang dibutuhkan:
Menggambar
Melukis dengan Kuas
Melukis dengan Jari
Selembar kertas gambar putih atau bewarna berbagai ukuran
Kertas roti atau kertas gambar yang besar
Kertas poster atau gambar yang besar
Pensil
Cat akrilik atau poster
Alas polietien
Pena warna
Kuas dengan bulu yang besar
Cat akrilik atau poster
Pastel
Celemek plastik untuk melindungi pakaian
Wadah cat untuk memegang dan menyemprotkan cat
Krayon
Akses ke air
Wadah semprotan krem cukur
Pena fluoresen (highlighter) dengan warna-warna cerah

Pewarna dari tumbuhan


Celemek plastik untuk melindungi pakaian


Permukaan kerja horizontal


Akses ke air


1.2.   Tahap terapi seni dengan media menggambar atau melukis:
a.       Latihan pemanasan awal.
Ø  Chasey
Konselor menggunakan pena bewarna untuk membuat lingkaran di kertas dengan terus-menerus mengubah arah, sementara anak dengan memakai pena yang warnanya berbeda, mencoba mengikuti dan mendekati konselor. Setelah beberapa waktu, konselor berhenti, memegang gambar ke atas dan mengatakan, “Apa yang kita gambar? Bisakah kamu menemukan sesuatu dalam gambar ini? Apakah kelihatan ada sesuatu?” Jika anak tidak mempunyai ide, konselor dapat memberi saran dengan idenya sendiri.
Ø  Tn. Squiggle
Anak diminta menggambar garis, atau coretan di lembaran kertas dan konselor kemudian menggunakan garis untuk membuat gambar sederhana, seperti menambahkan mata dan kumis pada coretan anak untuk menggambar seekor kucing.
b.      Latihan pemanasan untuk membantu anak “berkontak” dengan perasaan.
Tujuan latihan pemanasan adalah membuat anak merasakan perasaannya dan membantu anak untuk mulai menggunakan media.
Ø  Membantu anak untuk merasakan apa yang dialami tubuhnya.
Ø  Memberikan kontras, dapat mengatakan “Berdirilah, pejamkan matamu dan sentuh langit-langit” dan “Gambarkan bagaimana rasanya”. Anak juga bisa diminta untuk meringkuk seperti bola di lantai kemudian menggambarkan apa rasanya.
Ø  Sesudah melakukan latihan tersebut, kita dapat menanyakan kepada anak tentang pengalamnnya yang baru saja berlalu.
Ø  Begitu anak bisa merasakan apa yang dirasakan tubuh, konselor dapat memintanya untuk menggambarkan perasaannya dengan mengatakan, “Coba buatkan saya gambar yang menunjukkan kepada saya bagaimana perasaanmu sekarang.”
c.       Menggunakan teknik menggambar dan melukis.
Menggambar atau melukis
Melukis dengan jari
Meminta anak untuk menciptakan dunianya pada selembar kerta, menggunakan bentuk-bentuk, garis dan warna, seperti “Bayangkan duniamu sebagai garis, bentuk dan warna. Gunakan seluruh kertas untuk menunjukkan kepada saya dimana orang-orang, tempat dan barang-barang berada di dalam duniamu.” Terutama untuk anak usia 8-9 tahun, menggambar atau melukis yang melibatkan fantasi adalah tak ternilai harganya, yang memungkinkan mereka dapat melepaskan emosi. Teknik menggunakan bentuk, garis dan warna juga dapat digunakan secara efektif untuk membantu anak menggambar keluarganya, seperti “Bayangkan masing-masing anggota keluargamu dan gambarkan mereka seolah mereka adalah bentuk, garis atau warna pada kertasmu”.
Membuat anak-anak bereksperimen dengan lukisan jari. Biarkan anak menyemprotkan krem cukur pada lembaran polietilen, kemudian mewarnai krem cukur tersebut dengan meneteskan pewarna makanan dan mencampurnya.
Konselor dapat mengeksplorasi hubungan antar-bentuk dengan memperhatikan kedekatan beberapa bentuk terhadap yang lain , atau jarak antara beberapa bentuk dengan yang lain.
Melukis dengan jari sebaiknya dilakukan pada selembar kertas roti yang besar menggunakan cat akrilik dalam wadah plastik yang dapat disemprotkan atau dipercikkan ke kertas. Anak kemudian didorong untuk menyebarkan cat dengan jarinya.
Konselor dapat menggunakan pernyataan umpan balik untuk mendorong anak membicarakan makna relatif ini, seperti “Saya perhatikan bentuk yang ada di sini letaknya jauh dari bentuk yang lain”.
Konselor dapat menanyakan kepada anak “Mari kita lihat apakah kamu bisa menunjukkan kepada saya begaimana perasaanmu dengan membuat gambar dengan cat itu”.
Meminta anak membayangkan bahwa mereka adalah sebatang pohon. “Bayangan kamu adalah pohon dan buatlah gambar diri kamu sebagai pohon”. Hal ini untuk membantu anak untuk menemukan lebih banyak tentang dirinya sebagai seorang individu.
Melukis dengan jari melibatkan pengalaman taktil dan kinestatik. Hal ini dapat memberi efek memenangkan dan mengalir atau mendorong ekspresi ekspansif (terbuka) dan kurang terkontrol.
Anak-anak terkadang membutuhkan pemicu dan bantuan untuk menemukan kreativitasnya. Pada keadaan ini, konselor dapat mengajukan pertanyaan, seperti “Jenis pohon apakah kamu? Apakah ada buahnya? Apakah besar? Apakah tinggi? Apakah ada bunganya? Apakah bunganya banyak, atau hanya beberapa? Apakah ada dahanmu yang patah? Apakah daun-daunmu kecil atau besar? Apakah kamu tumbuh di dekat pohon lain atau sendirian?”.

Meminta anak untuk menguraikan gambarnya, “Berpura-puralah menjadi pohon itu dan katakan kepada saya apa rasanya berada di  gambar itu?”. Ini sangat bermanfaat dalam membantu anak untuk mulai membahas masalah-masalah pribadi.

1.3.   Topik yang bermanfaat untuk menggambar dan melukis:
a.       Buatlah gambar ketika kamu bayi.
b.      Buatlah gambar sakit kepalamu.
c.       Buatlah gambar kemarahan kamu.
d.      Buatlah gambar kecemasan kamu.
e.       Buatlah gambar dimana kamu ingin berada jika kamu bisa membuat mukjizat.
f.       Buatlah gambar mimpimu atau buatlah gambar mimpi burukmu.
Dengan masing-masing gambar  atau lukisan, akan bermanfaat jika kita mengeksplorasi bagaimana anak merasa ketika mereka melibatkan dirinya sendiri ke dalam gambar tersebut.
Melukis mempunyai nilai tambah karena tekstur dan kualitas aliran dari cat, sehingga lebih kuat dalam membuat anak berkontak dengan emosinya. Saat menggambar, anak-anak cenderung lebih representasional.
2.      Menempel
Menempel adalah media yang paling cocok digunakan untuk meminta anak membuat foto diri. Foto diri dalam bentuk menempel akan membantu anak menjadi lebih menyadari persepsinya akan diri mereka dan dapat memberi kepada mereka, kesempatan untuk beralih dari deskripsi superfisial (permukaan) menjadi pengungkapan diri yang lebih besar.
2.2.   Material yang dibutuhkan untuk menempel:
a.       Kertas atau kartu yang besar, baik putih atau bewarna.
b.      Lem atau perekat lain yang cepat mengering.
c.       Gunting.
d.      Staples.
e.       Pita penutup.
f.       Plester.
g.      Benang.
Karya tempel dapat dibuat dengan memakai gambar-gambar dan kata-kata yang dipotong dari majalah atau koran, serta dapat menambahkan hiasan seperti glitter, benang rajut, serbuk gergaji, wool bewarna, dan lain-lain.
2.3.   Tahap terapi seni dengan media menempel:
a.       Mengundang anak memilih material yang disediakan untuk membuat gambar diri mereka. “Saya lihat kamu memilih serbuk gergaji yang garing ini untuk rambutmu, bagimana rasanya mempunyai rambut yang garing seperti serbuk gergaji?”
b.      Menempel dapat digunakan pada anak yang lebih tua untuk mengeksplorasi persepsinya mengenai masalah dan peristiwa dalam kehidupannya. Anak yang lebih tua sering menggunakan gambar dan kata-kata dari berbagai jenis ukuran  untuk membuat pernyataan tentang masalah sekarang atau masalah di masa lalu yang menjadi keprihatinan mereka. Bergantung pada material yang tersedia menempel kadang-kadang dapat beralih menjadi aktivitas konstruksi.
3.      Konstruksi atau patung
Konstruksi atau patung sering bermanfaat untuk anak yang ceroboh atau kikuk, atau yang hanya mengalami sedikit kesuksesan dalam hidupnya.
3.1.   Material yang dibutuhkan untuk kerja konstruksi:
a.       Wadah plastik.
b.      Kaleng bekas.
c.       Batang es loli.
d.      Kardus bekas.
Dalam konstruksi, material yang dipakai dapat dibuat dengan menggunakan sampah rumah tangga yang bersih, yang tidak membahayakan keselamatan untuk membuat sosok tiga dimensi. Patung yang terbuat dari bahan-bahan tersebut jelas dibuat dengan menyatukan beberapa benda, untuk menyatukan beberapa benda tersebut dapat menggunakan lem, tusuk gigi, double tip, penjepit kertas, dan lain-lain.
3.2.   Tahap terapi seni dengan media konstruksi atau patung:
a.       Sementara anak membuat patung, konselor dapat mengamati respon anak terhadap kegagalan, kesuksesan, pengambilan keputusan, pemecahan masalah dan penyelesaian tugas.
b.      Konselor dapat mengamati cara anak menangani grafitasi yang tertunda dan kemudian membuat pertanyaan, seperti “Saya perhatikan kamu keras terhadap diri sendiri saat kamu melakukan kesalahan” atau “Saat sesuatu tidak berjalan dengan benar, kamu kelihatannya mudah menyerah”. Kesadaran anak akan perilakunya akan meningkat, sehingga masalah yang relevan bisa dibahas.










DAFTAR PUSTAKA

Geldard, Kathryn dan David Geldard. 2012. Konseling Anak-anak. Sebuah Pengantar Praktis. Jakarta: PT Indeks
Loekmono, Lobby. 2005. Testign dalam Konseling. Salatiga: Widya Sari
Daniel Kriswidianto. 2012. Art Theraphy (Terapi Seni). Danielkrisiwidianto.blogspot.com/2012/10/art-theraphy-terapi-seni.html?m=1. 28 Januari 2016.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar